Translate

Powered by Blogger.

About Me

My Photo
Biografi ‘Ubur-ubur’: Cewek cuek yang hobi keluyuran dan susah dicari karena suka menghilang seenaknya.Sering banget diomelin teman,sahabat, en ortu karena hobinya yang menurut mereka riskan. Seorang kuli (karena blom jadi bos) yang terkadang menulis tentang cerita perjalanannya hanya karena dia pelupa dan takut memori di otaknya sudah full. Baginya jika buku adalah jendela dunia maka perjalanan adalah pintu dunia.
 

Wednesday, September 7, 2016

Pengalaman Jalan-jalan ke Subarctic (Kiruna) Part 1

0 comments

Welcome to winter wonderland! Penampakan yang dulunya cuma bisa gue khayalin dari film2 kartun.


Hai hai, maaf ya setelah sekian lama baru nongol lagi. Ga sibuk si, kadang2 masi bisa jengukin ni blog, balas komen, ato imel seputar cerita2 blog. Tapi itu tuuuu, mood buat nulisnya yang susah munculnya. Begitu uda muncul mood-nya, ya uda banyak yang lupa haha #niat ga sik.

Jadi, setelah mengumpulkan segenap jiwa raga, ngumpulin dokumen perjalanan en poto2 (untung poto2 diback-up otomatis ma Google Drive, klo kaga entah suda pada kemana semua) trus menyiapkan kuota internet yang cukup buat download dan upload (apaan sik), siaplah saya kini untuk berbagi cerita. Kali ini gue mo cerita soal salju2an. Yang gue yakin jadi wishlist kebanyakan penduduk negara tropis seperti saya ini. Bahkan sangking terlalu banyaknya gempuran tontonan salju2an sejak kecil, impian saya ga tanggung-tanggung, adalah menginjakkan kaki ke Kutub Utara. Dan kalo Tuhan merestui bisa sampe Kutub Selatan. Aminin yak, hehe.

Ada yang pernah komentar, kalo mau liat salju doang mah ga perlu jauh-jauh sampe Kutub Utara, noh ke Jepang, Korea, Cina aja deket. Gue ngeles lagi, lah niatnya mo liat Northen Light yang terkenal cantik itu. Trus da yang komentarin lagi, di Australi juga bisa liat aurora. Yaelah, gue ngeles lagi, impian gue lainnya ialah menginjakkan kaki ke tempat yang sejauh-jauhnya dari tanah kelahiran gue. Semakin jauh, budayanya semakin jauh berbeda, tipikal manusia dan cara berfikirnya pun jauh berbeda, jadi  makin banyak hal yang bisa saya pelajari. Yang justru membuat saya semakin jatuh cinta pada kampung halaman dan tanah air beta.

Jadi ceritanya bermain-main lah saya ke Kiruna, Swedia Utara. Iya, itulah bagian ter-utara bumi yang bisa saya datangi saat ini. Letak Kiruna sendiri adalah 145km dari kutub utara berdasarkan sumber ini https://en.wikipedia.org/wiki/Kiruna . Jadi area ini disebut juga daerah subarctic, dimana kamu bisa ngerasain midnight sun pas lagi summer, alias matahari ga tenggelam selama 24 jam. Bayangin aja kalo loe puasa disono. Seingat aku, kalo di Stockholm (ibukota Swedia) pas lagi summer matahari bersinar sampe 20-22jam sehari. Jadi, emang PR banget kalo puasaan di Eropa Utara pas jatuh pada musim panas.

Ok,perjalanan dimulai dengan menggunakan kereta dari Stockholm ke Kiruna di puncak musim dingin, yaitu bulan Januari. Sengaja milih winter. Pan mo liat si cantik aurora. Ga takut dingin? Malah itu yang saya cari haha. Bukan, bukan karena saya sombong ato suka dingin, Tapi karena saya menantang diri saya sendiri untuk bisa berada di lokasi paling dingin di dunia. Serta mencatat hingga suhu berapa dibawah nol tubuh saya bisa beradaptasi. Maklum,orang tropis yang terbiasa dengan suhu +30 derajat Celcius.

Kenapa pilih pakai kereta, bukan pesawat?

Pesawatnya mahal bangeeeetttt. Tak sanggup saya. Karena winter adalah bulan turis untuk Kiruna (yaeyalah ya winter wonderland masa mo datang pas summer), jadiiiii harga tiket pesawatnya makin melanglang buana. Percaya atau tidak biaya tiket kereta Stockholm-Kiruna PP jauh lebih mahal ketimbang semua biaya transportasi saya untuk keliling Eropa! Bisa dibayangkan tiket pesawatnya berapa , kalo pengen tau googling sendiri yak.Padahal pengen banget tu ngeliat pemandangan winter wonderland dari pesawat, pasti keren kan yak. Jadi memang, agak bikin dongkol ma mahalnya, Belum lagi biaya liburan disana, nohok banget bikin kencengin ikat pinggang. Tapi demi cita-cita, ya sudahlah ya harus ikhlas (mewek).

Terus lama perjalanan pake kereta totalnya kurang lebih 15jam, belum termasuk waktu transit 1x di kota tertentu. Ternyata transit ini penumpang berganti kereta dengan kereta khusus Arctic Circle. Berasa keren yak, beneran mo ke kutub utara xixixi.

Sama siapa kesononya?

Sendirian. Glek.

Nah ini ni sempet jadi kontroversi. Kalo gue si yakin aman-aman aja gitu pergi ke subarctic sendirian. Tapi temen-temen gue pada keder, termasuk temen Swedish gue, “Lu yakin mo kesono sendirian? Bahkan untuk kami kaum pribumi Swedia, up north itu sangat dingin. Kamu kan dari Negara tropis. Entar kalo kenapa-kenapa gimana, kedinginan pas diluar ga da orang yang tau gimana, ini kan winter bla…bla..bla”.

Keliatan cantik ya. Tapi PR banget loh ngebersihin saljunya


Tapi emang dasar niatnya luar biasa ye, jadi banyak-banyak browsing mengenai kondisi dan cuaca disana , antisipasi untuk kemungkinan terburuk, persenjatai diri dengan perlengkapan perang untuk extreme winter secara lengkap, jangan lupa berdoa untuk keselamatan, Insyaallah semua bakal baik-baik aje ye.(Bahkan untuk beli perlengkapan perang untuk winter itu super duper mahal yee*mewek lagi).

Akhirnya berangkatlah saya sendirian dengan membawa 1 backpack serta beberapa cemilan karena tak sanggup rasanya kalo harus beli makanan di dalam kereta selama 15 jam yang super duper mahal itu. Bahkan kereta sempat delay hingga lebih dari setengah jam, membuat kita para penumpang yang sudah bersiap di sepanjang rel kereta bolak balik masuk lagi ke dalam stasiun karena sungguh tak hangat menunggu diluar sana. Agak aneh memang mengingat keterlambatan seperti ini jarang terjadi di Negara maju ini.

Setelah kereta datang, semua penumpang sibuk mencari nomor gerbong dan nomor kursi masing-masing. Tebak-tebak buah manggis memang untuk menentukan nomor gerbong dan nomor kursi karena tiket menggunakan bahasa Swedia. Tapi aku rasa semua orang bisa menebaknya. Kalo ga bisa nebak juga tanya aja ma orang sekitar. 100 % penduduk Swedia can speak English fluently. Asik yak.
Setelah 3 jam kereta berhenti di kota Sundsvall, waktunya gue yang mau ke Kiruna ganti kereta sama kereta khusus Arctic Circle. Ga langsung pindah bok, nunggu dulu sejam. Banyak penumpang yang melarikan diri untuk dinner dan mencari kehangatan di dalam stasiun. Kalo aku si rencana mo liat-liat sekeliling, tapi ya mo kemana, uda gelap, jadi cuma muter-muter sekeliling stasiun. Ga lama kedinginan juga, karena suhu disini sudah lebih dingin daripada Stockholm, jadi nyerah, masuklah cari kehangatan di dalam stasiun. Begitu kereta yang kami tunggu tiba, semua penumpang berebut mencari gerbong masing-masing. Ketika suda didalam gerbong dan seat yang bener (kebetulan dapat di pinggir jendela), ada mba pramugari kereta yang nawarin kalo ada penumpang yang mau upgrade ke kelas sleeper. Itu tuh yang bisa buat tiduran kayak model bunk bed tingkat 2 dalam kereta. Dan harga yang ditawarkan cukup murah dibandingkan kalo booking online sedari awal, ternyata mereka ogah rugi juga ya daripada kosong.

Gunung yang tinggi dibelakang itu tuh obsesi guweh buat liat sunset


Cewek Cina yang duduk di sebelah gue tertarik untuk upgrade ke sleeper class, jadilah aku duduk lega sendirian haha. Kalo aku pikir-pikir tu ya, setiap aku naik kereta di Swedia yang memberikan nomor kursi, dan berpergian sendirian, penumpang lain yang duduk di sebelah orang yang sendirian itu rata-rata memiliki gender yang sama. Ringkasnya, aku bepergian cew sendirian nih, penumpang disebelahku bisa kupastikan cew juga. Kalo penumpangnya cow, maka di sebelahnya penumpang cow juga. Aku merasa mungkin itu adalah sistem mereka untuk mengurangi potensi kemungkinan mengalami pelecehan seksual, atau ketidaknyamanan duduk dengan orang asing yang berbeda gender. Apalagi mengingat berbicara dengan stranger disini sangat tidak lazim. Fiuh. Gagal deh kemungkinan bisa duduk sama cowok kece. Haha.

Setelah menyelesaikan makan malamku yang cuma roti dan coklat, aku bersiap untuk tidur. Perjalanan masih sangat panjang, setelah 3 jam dengan kereta sebelumnya, kali ini akan mempuh perjalanan selama 12 jam baru akan tiba di Kiruna. Jauh ya, padahal masih dalam satu Negara. Coba cek aja wilayah Negara Swedia yang memanjang itu, memang tampak jauh untuk mencapai wilayah paling utaranya.

Setelah beberapa jam tertidur, aku terbangun. Ada pemeriksaan tiket. Setelah itu aku suda ga bisa tidur lagi. Kuperhatikan jendela kaca disebelahku mulai membeku, bunga-bunga esnya sebagian membeku mengitari bingkai besi kaca jendela bagian dalam. Bahkan aku bisa merasakan hawa dinginnya. Padahal tepat dibawah jendela kaca, ada pemanas. Aku merasa beruntung dapat seat disebelah jendela , karena aku bisa menempelkan tubuhku atau jari-jariku kearah pemanas. Suasana sangat hening setelah pemeriksaan tiket. Semua melanjutkan tidur masing-masing. Aku melongok kearah jendela, berusaha melihat pemandangan luar ditengah malam buta. Tentu saja, nihil. Aku kembali menjatuhkan badanku dikursi dan memejamkan mata untuk tidur.

Tiba-tiba kereta berhenti. Entah berada dimana dan mengapa. Aku ga merasa kita sedang berhenti di stasiun. Ku lihat diluar hanya ada pepohonan kering bertumpukan salju. Aku ga tau apa yang terjadi, dan tampak semua orang juga bingung. Tapi para penumpang lainnya tetap diam di kursi masing-masing. Begitu juga aku.

Bunga es didalam gerbong kereta


Hingga beberapa menit kemudian aku mulai merasa aneh. Ruangan dalam gerbong ini tidak hangat lagi, aku bisa mencium hawa dingin, dan nafasku yang mulai mengeluarkan asap. Aku mulai meraba-raba pemanas dibawah jendela untuk menghangatkan jemariku yang mulai beku. Oh tidak. Pemanas tidak berfungsi. Tapi aku tetap masih tidak menyadari apa yang terjadi. Aku duduk dan diam. Tak sampai semenit diam dan merasa ada yang salah, aku mulai menyadari bahwa tubuhku butuh jaket. Aku kedinginan. Bukan kedinginan lagi, tapi nyaris menggigil. Aku buru-buru mengunakan semua perlengkapan perangku untuk melawan dingin. Dan ternyata hal serupa dilakukan oleh penumpang yang lain. Jadi memang rungan ini sudah tanpa penghangat!

Aku mengeluarkan hp dan berusaha melacak temperature saat ini. -30̊ C. Glek. Didalam gerbong besi tanpa penghangat rasanya seperti terperangkap di dalam freezer kulkas yang lebih dingin 30 x lipat. Kemudian isu yang ku dengar ada kerusakan mesin yang menyebabkan mesin penghangat mati dan kita stuck in the middle of  nowhere. Waduh, kita bisa jadi es batu nih!

Bersambung Pengalaman Jalan-jalan ke Subarctic (Kiruna) part 2


0 comments:

 

Followers