Nemu ulat di dalam makananku bukanlah hal yang baru, tapi tidak akan pernah menjadikannya hal yang biasa (gilee aja!). Dan pastinya bukanlah hal yang di sengaja! Adalah pembokat kosan yang memasakkan makanan untukku, secara daku gak bisa masak. Sebenarnya bisa masak sih, cuma gak enak aja. Aku mengklasifikasikan orang yang bisa masak itu adalah yang masakannya enak, sedangkan yang gak bisa masak adalah orang yang bisa masak cuma rasanya gak enak. Daripada ntar daku masak trus gak enak, siapa yang mau makan, ujung-ujungnya nanti daku rugi secara materiil, usaha, dan dosa pula karena buang makanan.
Lebih dari 1x aku menemukan ulat daun kecil yang warnanya sehijau daun sayur di dalam makananku. Ulat itu sudah mati dan gepeng, kemungkinan ko'it lantaran di penyet-penyet pake sutil ma pembokatnya waktu dimasak. Tetep aja, mau segepeng apa, mau mati ato hidup, tetep aja ulat! Aku pasti langsung histeris dan manggil pembokatnya, "Apaan nih!". Si mbak yang masak biasanya langsung datang tergopoh-gopoh, dan merasa bersalah sesudahnya, "Kok bisa ada ulatnya ya mbak". Yeeee malah tanya gua, pasti situ yang cucinya gak bersih.
Tapi secara, bukan restoran, mau ngomel ma pembokatnya gak tega (abis mukanya dah melas gitu). Apalagi uda dimasakin, cerewet lagi. Akhirnya cuma bisa menggerutu di dalam hati, siapa suruh gak bisa masak sendiri. Parahnya, waktu aku nemu ulat yang sejenis untuk yang kedua kalinya (lagi-lagi) di dalam sayur, si pembokatnya malah bilang, "ih matanya mbak Lenny kok jeli banget ya, bisa ngeliat ulat sekecil ini". Hah?? Maksud loe sengaja mau ngeracunin gua pake ulat gitu?! Aku jadi mikir, jangan-jangan sudah ada ulat yang pernah masuk ke dalam pencernaanku lantaran lolos dari penglihatanku! Ohhhhhh!!#$@#%&^*@!
Belajar dari pengalaman, aku selalu obrak abrik tumpukan sayur di piringku sebelum ku makan. Mencari-cari jejak ulat gepeng di dalamnya. Sebelnya makan sayur ya begini, kemungkinan menemukan ulat lebih besar! Kalo bukan lantaran sayur itu menyehatkan, aku pasti sudah trauma makan sayur. Ingat sayur, ingat ulat!! Ihhhhh. Biasanya si karena proses mencuci sayur yang kurang bersih. Malah aku pernah dapat kabar mengerikan, tentang ditemukannya banyak lintah di dalam perut seseorang, diduga disebabkan mengkonsumsi sayur kangkung yang kurang bersih. Jadi tu lintah diduga berada di dalam batang sayur kangkung yang emang bentuknya kayak gorong-gorong, trus cucinya gak bersih dan di masak setengah matang! Jadilah tu lintah masi idup dan berkembang biak di perutnya, dan menghisab darah si empunya tubuh! Ihhh...nulis ginian bikin perutku jadi merinding eh bulu kuduk. Tapi yang ku heranin adalah, apa orang itu makannya gak pake ritual menggigit dan mengunyah makanan ya. Kok mulus bener tuh lintah masuk ke kerongkongan.
Ternyata kisahku bertemu ulat di dalam makanan belum selesai. Yang ini lebih parah, karena ulatnya masih idup! Ughhh! Entah manusianya yang salah, atau emang tu ulat maruk. Kisah pertemuan kami berawal dari masakan sambal goreng ikan asin. Teman kos ku dapat kiriman sekardus ikan asin dari Kalimantan. Aku sempat melihat ikan asinnya, dan sepertinya tidak ada yang salah. Sampai ketika temanku memasaknya dengan dibumbui sambal merah yang tampak maknyuss. Aku yang awalnya biasa aja, jadi kepengen! Pertama kali mencobanya, enak! Jadi lah aku ketagihan. Niatnya sih mau cicipin tuh sambal goreng ikan asin yang kedua kalinya, tapi kok kayaknya ada nasi yang nempel di sambalnya ya. Warnanya yang putih terlalu mencolok diantara merahnya sambal. Mungkin ada yang ngambil ikan asin tapi sendoknya belepotan nasi jadi nempel deh di sambal, pikirku. Ku ambil sambal yang ada benda putihnya, yang ku pikir nasi nyasar. Tapi kok penasaran ya. Ku angkat sendok yang berisi sambal dan benda putih di tengahnya. Ku picingkan mata, berusaha sedekat mungkin melototi isi sendok. Benda putih itu tidak bergerak, meyakinkanku bahwa dia adalah nasi. Tapi kok bentuknya terlalu membulat dan mengkilat ya. Tak hilang akal, ku ambil garpu. Lalu ku towel-towelkan aja ke benda putih kecil itu. Dan ternyata.....bergerak!!
Arggghhhh!! Benda kecil yang berwarna putih itu, yang meringkuk di tengah-tengah sambal, yang menggeliat ketika ku towel pake garpu adalah set! Aduh aku gak tau bahasa resminya, yang pasti itu ulat kecil yang hobi loncat-loncat. Dan setauku loncatnya lumayan jauh bok, meskipun bodinya mini. Aku tau banget ulat jenis ini, karena aku pernah beberapa kali bertemu dengan mereka sebelumnya, pada buah yang sudah membusuk! Spontan aku menjauh dari dapur. Menatap ngeri ke arah meja keramik tempat ulat itu berada bersama ikan asin. Menanti ulat itu meloncat indah. 1 detik, 2 detik, 3 detik. Tidak ada yang terjadi. Tidak ada yang meloncat. Seperti orang yang mau mati lemas ku panggil pembokat yang lagi asik nonton TV.
Dia yang awalnya heran ngeliat tampangku yang shock, juga ikutan shock waktu liat tu ulat yang gendut, idup lagi. Dia gak habis pikir, gimana ceritanya ada set di dalam makanan itu. Ikan asinnya sudah di goreng, kemudian sambalnya juga digoreng. Lagian ikan asinnya juga gak busuk. Lalu datang darimana makhluk itu. Baru kali ini aku liat ulat yang doyan ma sambel, ato lebih tepatnya berendam dalam sambel, apa badannya gak kepedasan ya. Buru-buru ku suruh pembokatnya buat buang tu ulat beserta ikan asinnya. Sebelum di buang, aku masih sempat melihat ulat kecil yang gembul itu masih asik meringkuk dengan malasnya di tengah sambal. Mungkin karena sudah kegendutan kali ya makanya udah gak bisa pamer loncatan indahnya.
Masalah berikutnya adalah makananku. Sebagian makanannya sudah terkontaminasi dengan sambal ikan asin. Gak pake kompromi, langsung aja ku buang bagian yang terkena sambal. Mengingat sambal itu, jadi mengingat ulat. Sempat terlintas untuk membuang semuanya saja. Tapi aku teringat pada pemulung yang mengumpulkan nasi bekas di tempat sampah untuk di goreng, lalu di makan. Aku juga teringat pada para petani yang susah payah menanam padi agar menghasilkan beras selama berbulan-bulan. Dan....aku teringat akan dosa. Mau alasan apa aku di depan Tuhan kalo nanti nasi-nasi yang ku buang itu minta pertanggungjawaban. Masa aku mau jawab, "Tapi Tuhan, sengaja nasi itu ku buang daripada ntar diriku atit peyut. Ulatnya tuh yang salah, kenapa bisa ada disitu".
Karena takut dosa, pada akhirnya hanya nasi yang terkena sambal yang ku buang. Dan ketika mau makan sisa nasinya....perutku jadi teraduk-aduk. Melihat nasinya mirip banget sama ulat yang tadi. Huhu...gimana makannya niihhh! Alhasil dengan segenap jiwa dan raga ku pejamkan mata, sambil membaca basmallah ku lahap habis makanan di piringku!
1 comments:
Ulat kecil yang gembul...itu sich ulatnya. Klo yang ngembat jangan2 b Ulat tidak kecil yang sangat gembul. Ups..saya cuma nambahin b, tidak, sangat. Peace...peace.........
Post a Comment