Translate

Powered by Blogger.
 

Monday, February 16, 2015

Terjebak Badai dari Pulau Tarupa Ke Pulau Tinabo (Perjalanan ke Kepulauan Takabonerate Part 1)

1 comments
“Isa, aku takut…”, ucapku lirih.

Isa bergeser duduk di sebelahku menenangkan sambil berujar dengan logat bugisnya yang khas, “Tidak usa takut mi, ini uda biasa”.

Isa sebenarnya masih berusia 12 tahun, seorang gadis remaja bertubuh padat yang tangguh, berusaha menenangkanku yang lebih dari 2x lipat usianya. Awalnya aku menganggap dia seperti adik, tapi semakin kesini aku semakin yakin kalo dia lebih cocok jadi kakakku.

Just sit and watch babies shark around the beach. Pulau Tinabo.

Entah sudah berapa lama kami terombang-ambing di lautan, melawan ganasnya ombak di tengah hujan deras dan kilat menyambar-nyambar. Seharusnya perjalanan dari  pulau Tarupa kecil ke pulau Tinabo hanya sekitar setengah jam-an. Tapi di tengah badai seperti ini, rasanya sungguh sangat panjang.

Aku membuka pintu kecil tempat dimana aku dan Isa melindungi diri dari terpaan hujan dan ombak diluar, sebuah dek sempit yang biasanya juga digunakan untuk penyimpanan barang. Aku berusaha mengintip bapak, yang bersusah payah mengendalikan perahu kayunya ditengah terjaan ombak tinggi dan hujan. Pak Akbar namanya. Seorang bapak baik hati yang juga memiliki keluarga yang berjiwa mulia. Sungguh mengintipnya seperti ini, melihat ekspresinya yang berusaha sekuat tenaga agar kami bisa selamat, ketakutanku pun sirna. Aku kering dan terlindungi di dalam sini, dan dia diluar sana…Aku merasa iba sekaligus bersalah. karena keegoisanku, aku membuat pak Akbar dan Isa harus terjebak disini, demi mengantarku ke pulau Tinabo, di tengah malam buta. Sesaat ingin rasanya aku menangis.

Isa menawarkan handphonenya agar pikiranku teralihkan. Handphone polyponic kecil miliknya memiliki banyak koleksi video. Mulai dari video-video lucu, rekaman anak kecil di kampungnya yang pintar joget, sampai video klip lagu-lagu india yang memang sangat populer di kalangan penduduk pulau Tarupa kecil. Meskipun kualitas gambar hanya VGA, handphone seperti ini adalah hiburan dan pelipur lara bagi penduduk di pulau terpencil seperti ini. Karena listrik hanya ada dikala malam, itupun hanya beberapa jam saja. Ditambah tidak ada sinyal handphone, jadi handphone di pulau ini bukan berfungsi sebagai alat komunikasi, tapi sebagai pemutar video dan pemutar musik india kencang-kencang di siang hari.

Lihat! Pulau Tarupa Kecil.

Ku lirik wajah Isa sesaat. Di wajahnya juga tergambar rasa khawatir yang berusaha ditutupinya. Aku menerima tawarannya. Ku buka satu persatu video yang tersimpan di dalamnya. Dan aku pun terhibur. Bahkan aku mengirim beberapa video yang menurutku menarik ke handphoneku.

Setelah semua video  di handphone Isa ku tonton, ternyata badai masi belum usai. Ketakutanku pun mulai kembali. Mungkin Isa bisa membacanya dari wajahku.  Lagi-lagi ia berusaha menangkanku dengan menyuruhku untuk tidur. Dia bilang, dia akan membangunkanku ketika sudah sampai di pulau Tinabo.

Pikiranku berkata, meskipun ini tengah malam, bagaimana aku bisa tidur dengan ombak yang menghantam keras kapal, serasa berada di dalam ayunan yang digoyang sangat kencang. Bahkan beberapa kali air masuk ke dalam dek kecil ini lewat jendela kecil yang dihantam ombak laut. Beruntung aku bukan tipe yang gampang mabok. Pasti akan merasa seperti siksaan berlipat jika terjebak dalam kondisi ini.

Lagi-lagi ku lirik Isa. Aku tidak ingin menambah kekhawatirannya dengan kegelisahanku. Aku menurutinya, aku membaringkan tubuhku sekenanya di area sempit ini. Tidak ada pilihan lain selain tidur dengan cara melipat kaki. Isa lantas melakukan hal yang sama, berbaring di sebelahku. Aku coba memenjamkan mata, sembari berharap jika memang nanti aku ketiduran, aku tidak terbangun dalam keadaan mulai tenggelam di laut.

Isa bersama keponakan kecilnya. Isa susaaah banget diambil fotonya, maen kabur2an

Ketika mataku terpejam, aku memikirkan banyak hal. Teringat akan ibu, istri pak Akbar, bersama putrinya yang paling kecil mengantarku hingga di dermaga pada larut malam. Tersenyum dan melambaikan tangannya padaku. Dia seperti melepas kepergian putrinya sendiri. Tak lupa dia membawakan aku berbagai makanan dan minuman dari warung kecilnya. Ia juga membuatkanku kue sebagai bekal di jalan. Padahal dia sudah membawakanku terlalu banyak bekal untuk ku makan seorang diri. Melepas kepergianku di dermaga, dia menangis. Aku pun sedih. Tapi aku harus pergi, aku harus pulang.

Tuhan memang sangat baik, mempertemukanku dengan keluarga yang sangat luar biasa ini. Yang kini menjadi keluarga angkatku.

Tiba-tiba aku teringat bapak di luar sana. Bagaimana cara bapak menemukan arah ke pulau Tinabo. Di luar hujan deras, tidak bisa melihat bintang. Yang terlihat diluar sana hanya kegelapan. Aku membayangkan, pasti mengerikan berada di luar sana. Melihat sendiri ganasnya ombak. Melihat bagaimana kapal kayu ini berjuang. Tidak ada yang membantu bapak. Bapak berjuang melewati badai ini sendirian. Begitulah pelaut. Begitulah tinggal di kepulauan.

Kemudian pikiranku pun beralih. Bagaimana aku bisa sampai ada disini, bagaimana aku mengenal keluarga pak Akbar, dan mengapa kita harus melaut di tengah malam buta. 

Seminggu yang lalu…

Aku berjalan ke sebuah pelabuhan yang tak jauh dari alun-alun kota Benteng, pulau Selayar. Aku bertanya-tanya kepada para pemilik perahu yang bersandar di pelabuhan itu, apakah ada perahu yang akan berlayar ke kepulauan Takabonerate. Kepulauan Takabonerate itu banyak, aku tahu itu. Aku sendiri tidak yakin pulau apa yang ingin ku datangi, karena minimnya info mengenai kepulauan itu. Sampai-sampai aku tak bertemu satupun turis yang memiliki tujuan yang sama denganku. Tidak ada perahu reguler menuju ke kepulauan itu. Bayangkan saja jika berniat untuk sewa perahu kesana perlu biaya berapa. Sekali perjalanan saja butuh waktu hingga minimal 7 jam lamanya dalam cuaca normal. Sangat tidak bersahabat dengan kantong saya. Tidak ada cara lain selain mencari kapal penduduk lokal yang ingin pulang ke rumahnya di kepulauan Takabonerate. Jadi, aku harus menanyakannya satu per satu.

Sangking banyaknya pulau di ujung selatan pulau Sulawesi ini, aku hampir saja nyasar ke pulau lain kemarin. Karena nama pulaunya sangat mirip, yaitu pulau Bonerate. Yang ternyata membutuhkan waktu 12 jam naik perahu dari pelabuhan di Benteng ini. Dari situ aku baru tau, jika kata ‘taka’ pada nama kepulauan Takabonerate adalah terumbu atau karang dari bahasa lokal. Jadi kepulauan Takabonerate adalah kepulauan dengan gugusan karang. Bahkan di wikipedia mengatakan, Taman Nasional Taka Bonerate ini merupakan taman laut yang memiliki kawasan atol terbesar ketiga di dunia. Tapi sayang, entah karena promosinya yang kurang atau transportasinya yang sulit, hingga kepulauan cantik ini kurang dikenal masyarakat luas. Terutama bagi para traveler. Karena banyak dari mereka yang kutanya, tidak tau keberadaan kepulauan ini. Padahal pada akhirnya aku mengetahui, bahwa setiap tahun pemerintah setempat selalu rutin mengadakan acara di kepulauan ini dalam rangka mengenalkannya pada masyarakat luas.

Seperti mengarungi kolam renang bening yang sangaaaatt luas

Adiknya Isa. Sama susahnyaaa kalo dipoto.

Setelah beberapa kali bertanya, seorang nakhoda kapal menyarankanku untuk bertanya pada sekumpulan kapal- kapal kayu kecil yang bersandar agak dipinggir pelabuhan. Sejenak aku terdiam memperhatikan kapal-kapal itu, “kecil sekali”, dalam hatiku. Aku pun melangkahkan kakiku kesana. Tidak semua dari kapal itu ada penghuninya. Aku sempat bertanya pada sebuah kapal yang ada orangnya, tapi katanya kapal sudah penuh. Kemudian aku bertanya pada kapal kecil lainnya, dijawab kalo pemiliknya masih keluar, disuruh tunggu hingga kembali. Aku pun duduk di pinggir dermaga. Menunggu.

Setelah sang pemilik kapal kembali, aku bertanya apakah aku boleh menumpang ke kepulauan Takabonerate. Sang pemilik kapal tertegun sejenak, mungkin memperhatikan penampilanku, kemudian bertanya, “mau ke pulau apa?”.
Aku balik bertanya, “kapal bapak mau ke pulau apa?”
Dia memandangku lagi sejenak,”kamu mau ke Takabonerate ada sodara?”
“Ga ada”
Dia terkejut, “Lalu ada urusan apa kesana?”
“Jalan-jalan”, jawabku singkat.
“Berapa orang?”
“Saya sendiri”
Dia memandangku lagi seolah tak percaya, hingga kemudian berkata, “Saya mau ke pulau Tarupa, mau ikut kesana?”
“itu termasuk kepulauan Takabonerate kan? Kalau iya, aku ikut ke pulau itu”
“Iya. Kalau begitu besok pagi jam 7 kamu sudah datang kesini ya”
“iya”, jawabku girang. “mmmm ngomong-ngomong pak, saya harus bayar berapa?”
“Tidak usah”, jawabnya.

Wow. Tentu saja girangku berlipat-lipat. Bagiku bisa mendapatkan transportasi kesana sudah sangat beruntung, ditambah lagi tanpa biaya apapun.

Sang pemilik kapal itu adalah pak Akbar. Dia lah malaikat penolong ku. Yang pada akhirnya membawaku pada keberuntungan-keberuntungan lain di kepulauan cantik itu.

Aku selalu bertemu senja indah di kepulauan ini


Bersambung Takabonerate part 2


Monday, February 9, 2015

Solo Trip Naik Motor 3 Minggu Bali-Jawa-Bali

10 comments


What a wonderful world

Gak kerasa uda 3 minggu nge trip sendirian naik motor Bali-Jawa-Bali. Keliatannya  21 hari tuh panjang yak, tapi menurut gue cepeeeeett banget.  Malah banyak tempat-tempat yang belum kukunjungi, ada banyak temen pula yang belum sempet gue temuin. Jadi yang rencana awalnya bisa nge trip sampe Lampung, ato minimal sampe Jawa Barat, eeeehhh mentok cuma bisa sampe Jawa Tengah.

 Setelah gue pikir-pikir seandainya waktu itu aku langsung sewa motor untuk 2 bulan, pasti nyampe Lampung tuh, bisa mampir ke Teluk Kiluan ato ke Gunung Krakatau, dan lebih banyak tempat-tempat idaman lainnya yang bisa gue kunjungi *duit darimanaaaaaaa, getok kepala sendiri. Tapi ku syukuri, paling tidak trip ini bisa selesai dengan damai sentosa, tidak banyak hambatan, dan bisa kembali ke Bali tepat waktu dan sehat walafiat *bersyukur, terimakasih Tuhan.

Salah satu destinasi impian. Finally I'm hereeeee

Huh sok-soknya mo ngetrip naik motor sendirian nonstop 2 bulan, padahal nge trip 3 minggu aja, pergelangan tangan sukses mati rasa berhari-hari, lutut linu karena sering terhantuk, punggung juga sakit karena nahan tas yang gede en berat itu. soalnya nge trip nya sendirian sik, ga da yang bisa bisa diajak gantian mbonceeeennggg. Dan daasar cewek ga bisa light packing yak, yang dibawa seisi kosan. Daripada keliatan niat ngetrip, lebih mirip niat minggat.

Sepanjang perjalanan banyak orang yang mencecarku dengan banyak pertanyaan termasuk ketika bertemu dengan teman-teman lamaku. Kebanyakan ga ada yang percaya dengan jawabanku, kalo aku-naik-motor-jalan-jalan-sendirian-keliling-jawa-dari-bali.  Kalo suda ku kasi tau begitu, ekspresi mereka langsung melotot, dah kayak liat alien. Kalo mereka dah yakin kalo ku ga becanda, ku bakal tertahan duduk ngejawab pertanyaan-pertanyaan mereka berikutnya sampe setengah jam ato lebih. Serba salah deh, niat jujur disangka becanda, kalo mo boong ngerasa bersalah.

Banyangin selama 3 minggu itu aku ketemu berapa orang, dan bayangin aja kalo kebanyakan orang-orang itu menanyakan hal yang sama, darimana, mau kemana, ngapain, abis tu mo kemana, kok sendirian, ga takut motornya mogok dan hendibla hendibli. Lama-lama ku bisa nyanyiin lagunya Ayu Ting Ting “kemanaaaa…kemanaaa…kemanaaaa”.

kalo yang ini, ampuuunnn deh saya ga sanggup, kesian motornya. saya jalan kaki aja.

Andai boleh ku rekam semua jawabanku, tinggal ku putar ulang ketika orang-orang kutemui menanyakan hal yang sama.  Pan biar bodi gue bisa hemat batrei gitu loh. Tapi kan ga ber-etika yeeee.

Jadiiiii, sebelum ada yang nanyain gue pertanyaan-pertanyaan yang sama disini. Langsung aja gue rangkum, pertanyaan-pertanyaan yang biasanya ditanyain ke gue sehubungan dengan trip entu.

11.  Ga capek?
Beuuuhhhh robot kaleeeee ga capek. Capek bingiitttt. Tapi kan yaaaa itu hobi + penasaran + semangat + happy = capek tu apa ya?
22.  Tau jalan?
Hari gene getoooo looh, zaman gadget canggih. Uda ga perlu bawa peta kertas kusut buat penunjuk jalan. Hp android yang murah aja uda bisa dipake sebagai penunjuk arah ter-update, pake GPS and aplikasi Google Maps. Bisa diakses kapan aja dimana aja. Lah kalo di blank area yang ga ada sinyal? Yaaaaahhh think smart duong, capture ato dibuat offline ketika masi di zona ada sinyal. Daaan kalo masi nyasar juga, tanya orang laahhh. Masi di Indonesia ini, masi ngerti bahasanya, dan penduduknya terkenal ramah-ramah. Dan kalo masi nyasar jugaaaaaa, kebangetan!
33. Ga takut?
Daku penduduk Indonesia nomal, dimana lebih takut lelembut dan sebangsanya daripada perampok berkalung golok kalo dah ketemu jalanan sunyi senyap kanan kiri hutan, apalagi kalo uda ditambah kabut, aduuuu uda deh, imajinasi liar menari-nari di sekitar helm, sibuk ngelirik spion kanan kiri sapa tau aja ada yg ngikutin ato nebeng duduk di belakang ga bilang-bilang.

sepi, mendung, dingin, kanan kiri hutan pinus, tinggal ditambahin edward cullen aja

44.   Kok traveling musim ujan si, naik motor pula.
Kalo situ dikasi pilihan now or never, sampeyan pilih mana?
55.  Ini kan musim ujan, ga keujanan?
Kalo gue bilang kagak, pastinya boong. Uda ga keitung berapa kali gue keujanan di jalan, kering-basah-kering-basah meskipun uda pake jas ujan.  Hampir tiap hari kerjaan gue dah kayak maen aer  ujan. Malah kadang gue ngerasa tu awan gelap kok kayak ngikutin kemana arah gue pergi. Belum lagi kalo ketambahan jalanan banjir, jalanan gelap, mati lampu, petir menyambar-nyambar. Rasanya dah kayak makhluk paling menderita sedunia. Pertama-tama sempet ngerasa kesel, sedih, pengen nangis, kok ujan seee, trus ngapain si gue kesiniiii. Lama-lama gue uda bisa kontrol diri, ga pake kesel-keselan. Kalo pas keujanan lagi, gue milih nyanyi-nyanyi riang, dan mensyukurinya masi mending dikasi ujan aer bukan ujan batu. Tuh kaaannn, traveling juga membawa perubahan yang positif.



66.  Malam masih dijalan?
Ogah yeee, kecuali terpaksa. Aku selalu berusaha sebelum gelap sudah sampe tempat yang dituju. Pertama, ga baik buat kesehatan dan daya tahan tubuh kalo tenaganya dikebut siang malam. Kedua, jalan malam lebih berbahaya, apalagi perempuan getooo. Pernah sekali kemaleman, jadi hujan lebat, mati lampu, banjir, dan gelap, gue masih dijalanan, dan perjalanan masih cukup jauh. Beruntung jalan itu adalah jalur antar kota yang cukup ramai, jadi yaaaaa masi aman laaahh.
77.  Ga takut ban bocor atau motor mogok di tengah jalan yang sepi?
Jujur aja si, gue sering banget lewatin jalanan sepi, kanan kiri hutan, jurang, ataupun bukit-bukit tinggi yang rawan longsor. Kadang-kadang dilengkapi dengan kabut, hujan atau suara serangga hutan yang semakin membuat gue serem.  Apalagi kalo ga ada kendaraan lain satupun, atau ga nemu satu orang pun yang bisa ditanyain arah dan jalan. Tapi namanya traveling, rasa penasaran gue jauh lebih gede dibanding rasa takut dan khawatir gue, jadi yaaa mo lewatin kuburan sekalipun maju terus pantang mundur. Pastilah kemungkinan ban bocor ato motor mogok peluangnya ada, sama seperti hidup, kemungkinan untuk celaka juga ada meskipun kerjaannya cuma diem di dalam rumah. Yang terbaik adalah memperkecil peluang buruk itu, caranya, pertama, pake motor yang umurnya masih baru (kayak gue wkkk), kedua, di kota-kota tertentu yang dilalui ketika dirasa motor sudah harus di service, maka baiknya bawa motor ke bengkel resmi untuk perawatan. Ketiga, sering-sering cuci motor yah, kata temen gue, motor yang kotor dan berlumpur berpengaruh pada nyamannya berkendara. Keempat, dengarkan mesin, kalo uda mulai berasa aneh, jangan dipaksa, bawalah ke bengkel terdekat. Soalnya gue pernah tuh starter nya tiba-tiba ga mau idup. Tapi don’t be panic. Yakin semua akan baik-baik aja. Tanggapi dengan kepala dingin dan pikiran positif. Pasti semua akan baik-baik aja. Gue pernah tuh waktu traveling naik motor di sulawesi selatan, dari Toraja ke Makasar, berkendara sampe jam 2 pagi! Tapi berhubung waktu itu gue bedua yaaaa, jadi so far so good. Sekitar jam 8 malam ketika kita melewati jalanan sepi, kanan kiri hutan tanpa penduduk, gue mikir gimana ceritanya kalo tiba-tiba ban bocor disini. Dan mungkin juga temen gue mikir hal yang sama, akhirnya terjadilah apa yang kita pikirkan, ban beneran bocor sodara-sodara. Tetapi Tuhan masih melindungi kami, tidak jauh keluar dari hutan sepi itu, ada perkampungan daaaannn ada bengkel! Tapi tutup dong. Beruntung orangnya berbaik hati mau buka lagi dan bantu tambal ban. Teruuuss sambil nunggu tambal ban, kita makan duren! Bwahahaha #cara mensyukuri dengan membuat diri happy. Jadiiiii moral of the story adalah, berfikirlah positif, tidak ada masalah pada motor, maka Insyaallah motor akan baik-baik aja. Terbukti, pikiran positif ku berimbas pada lancarnya perjalanan. Motor ga pernah mogok, ga pernah bocor, dan ga pernah rewel.  Dan jangan lupa, yang terpenting berdoa yah semoga diberi kelancaran.

Ga semua jalan mulus kalo ekspolre jawa lewat jalur utara, ada juga yang masi di perbaiki dan dibangun. but so far so good kok. jalannya masi bisa dilewati.

88.  Kok sendirian?
Bedua kok ma motor. Ya masa traveling harus bawa orang sekampung. Ya itu tadi, back to question, now or never. Kalo nunggu da temennya yang punya waktu yang sama, yang punya tujuannya yang sama,yaaa ga pergi-pergi.
99. Ujan-ujanan tiap hari ga sakit? Minum multivitamin?
Kagak. Rajin minum air putih, rajin makan, rajin tidur yang cukup tok.
110.Dibolehin sama orang tuanya?
Alhamdullilah yah…*sambil senyum2. Padahal….. -_- ngasitaunya belakangan klo trip dah kelar.



 

111. Uda abis berapa liter tu bensin?
Ups, lupa ga nyatet. Pan buat ngitung biaya pengeluaran yak *ooohhh bodohnyaaa dong dong dong. Tapi gue inget berapa km jarak yang gue tempuh kok, nyaris 3000km huwakkkkk *bangga.
112. Kenapa jalan-jalannya naik motor, kenapa ga naik bis aja?
Lebih cepet, efisien, bisa berhenti suka-suka, bisa lewatin jalan-jalan tikus, dan yang terakhir jauuuuuhhh lebih hemat *yang paling penting. Tapi beneran, naik motor sangat efisien waktu, ga perlu nunggu lama gara-gara nunggu bis penuh, ga perlu pula nyari2 sewaan motor kalo mau ke tempat wisata yang ga ada angkutan umumnya. Tempat wisata di Indonesia kan banyak yang ga bisa diakses pake angkutan umum.

It's a long long journey
Jembatan Tua
 
113. Kamu beneran berangkat dari Bali?
Lah liat aja pak plat nya DK. Dalam hati, ga percaya ya sudah. Pernah juga karena gue males ngomong panjang lebar kalo gue aslinya dari Kalimantan, tapi bawa motor plat DK, karena start nge tripnya dari Bali, jadi gue bilang aja kalo gue orang Bali. Ujung-ujungnya gue dipanggil  “mbok”. Bahasa Bali = mbok. Bahasa Jawa = mbak. Bahasa sunda = teh.

Mmmm apalagi ya, untuk sementara itu yang gue ingat. Selain peratanyaan-pertanyaan laen sejenis, namanya siapa, asal darimana, rumahnya dimana, punya berapa sodara, punya pacar belom…*loh kok. Dah macam mo ngelamar.


Perbukitan batu di Gunung Kidul

 Ada banyak kisah terekam, ada banyak pertemanan terjalin, ada banyak harapan terwujud, dan ada banyak hal yang tak bisa kutunjukkan. Sensasi menikmati pemandangan indah diatas roda yang berputar diiringi terpaan angin segar, sungguh momen yang sangat luar biasa.  Sayangnya hanya bisa kusimpan sendiri *ga punya kamera canggih bok. Perjalanan ini memberikan banyak makna untukku. Mampu melawan segala ketakutan dan kekhawatiran. Serta mendidikku menjadi pribadi yang lebih dewasa. Sehingga membuatku semakin bersyukur atas apapun. Life is wonderful  :)

Saturday, February 7, 2015

Kursus Berbagai Bahasa Asing di Bali

4 comments
peralatan perang kalo lagi belajar. bisa ga mandi en makan nasi seharian. cm baca buku sambil nyemil dipojokan, tp kok ya ga fasih2 seee

Sering banget orang nanyain, ngapain kursus bahasa aja harus ke Bali. Emang di Balikpapan ga ada? *ngina nih. Kenapa ga di Jakarta ato Surabaya? Ada alasan juga kenapa aku milih Bali, karena kalo aku milih tinggal di jakarta tuuuu ga kuat macetnya, kalo di Surabaya meskipun macet juga, alasan utamanya si gue uda pernah tinggal disono 7 tahun. Pan bosen yak. Sebagai seseorang yang suka merasakan petualangan dan pengalaman baru, pasti akan memilih tempat lain untuk tinggal. Pan selama masih bisa memilih.

Lagipula kursus bahasa asing di Bali itu lebih banyak peminatnya, karena disana pusatnya para turis asing dari berbagai negara. Banyak pekerja yang bergerak di bidang hospitality ataupun pekerja dari perusahaan asing yang belajar berbagai bahasa asing disini. Jadi ada beragam kelas bahasa asing yang ditawarkan di Bali. Dan kesempatan dibukanya kelas baru itu lebih cepat, karena selalu ada peminatnya. Belum lagi istri-istri ‘bule’ atau calon istri ‘bule’ di Bali, biasanya juga ambil bagian di kursus bahasa asing, untuk belajar bahasa suaminya. Sampe-sampe seringnya gue dipikir calon istrinya ‘bule’, makanya ikutan kursus bahasa *mentang-mentang kulit gue eksotis huh. 

Tapi yang paling utama menurut gue kursus bahasa di Bali adalah yang terrrrrrrmurah se-Indonesia. Huwakkkkk tetep yaaa ujung-ujungnya masalah duit. Kalo ga percaya bandingin aja ama harga di kota-kota lain termasuk kota besar seperti Jakarta en Surabaya. Kalo menurutku si, mungkin karena persaingannya cukup banyak, dan ada banyak stok guru yang mampu berbahasa asing di Bali (biasanya si mantan guide, orang yang pernah kerja di luar negeri dll). Memang gurunya orang Indonesia, bukan native speaker, tapiiiii mereka jago loh. Karena mereka juga suda berpengalaman. Bahkan, banyak guide di Bali yang modalnya cuma kursus bahasa asing seperti ini. 

Padahal gue punya temen lulusan sastra perancis ngabisin bertahun2 kuliah biar bisa lulus, laaahhh di Bali, banyak guide yang bisa berkomunikasi lancar bahasa perancis cuma dengan kursus bahasa perancis beberapa level. Itupun kaumnya bapak-bapak, bukan anak muda. Jadi meskipun uda berumur, bukan jaminan ga bisa belajar bahasa dengan cepat. Aku aja yang ambil kursus bahasa Perancis di Bali sering pusing karena sussaaaaahhh *padahal masi muda loh haha.

Niat awal di Bali pengen kursus bahasa Spanyol, Jerman, Perancis, Rusia, Jepang, Korea *maruk yah. Tapi yaaa baru ngambil 3 bahasa (Spanyol, Jerman, Perancis), uda ga punya waktu kosong lagi buat ambil kursus bahasa yang lainnya. Lagak gueee dikira gampang belajar bahasa segitu banyak. Cuma belajar 1 bahasa aja suda susaaahhnyaaaa ampun. Tapi gue tetep semangat belajar, tujuan utamaku bukan untuk menguasai bahasa, tapi untuk mengerti dasarnya dan percakapan sederhana. Dan ternyata sodara-sodara, setelah mempelajari bahasa-bahasa itu, kusadari, bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling mudah dipelajari didunia hahaha.

Ya iyalaaahh, bayangin aja ketiga bahasa itu berlaku konjugasi, yang artinya bentuk kata kerjanya berubah sesuai subjek, ditambah berubah sesuai waktu. Belum lagi kalo konjugasinya ga beraturan *hiyyyaaaa.Terussss mereka punya kata depan untuk kata benda, kata benda pun punya kelamin alias gender. Yang gue maksud disini, benda diklasifikasikan sesuai gender, jadi ada yang  termasuk benda feminim dan maskulin *bukan manusia aja yang dikategorikan cewek ato cowok. Jadiiiiiii, ga ada cara lain selain dihafaaaalllll semua-mua ittuuuu. Mana yang benda feminim, mana yang benda maskulin. Bahkan untuk nama negara diseluruuuhh dunia juga pake gender. Rempong yak.
Pasti yang belum pernah mempelajari bahasa-bahasa itu bingung, ngomong apa sih loe len.

Jadi, kalo ada yang bilang bahasa inggris itu susah, anda salah, banyak bahasa diluar sana yang jauuuuhhh lebih susah ndro. Coba kalo bahasa Indonesia. Ga ada perubahan kata karena waktu, ga pake perubahan kata karena subjek, kata benda pun ga pake gender. Kalo hari ini makan, kemarin makan, besok makan, ya kata ‘makan’nya ga berubah, tetep aja ‘makan’, gampang kan. Huh kadang-kadang aku jadi sirik ama ‘bule-bule’ itu, gampang banget mereka belajar bahasa kita, sedangkan kita setengah mati harus ngapalin struktur bahasa mereka yang suka berubah-ubah itu. 

Pernah temen gue di kursus protes ma gurunya, “kenapa si kata-katanya harus berubah-ubah gitu bu?”. Huwakkkk, kita semua pada ngakak lah. Ya iya masa protes ma gurunya. Gurunya kan cuma ngajarin. Kalo mau protes, sama yang buat bahasa nooooh. Sebenarnya penyelesaiannya gampang, mau dipelajari ya silahkan, kalo ga mau ya ga usa protes hahaha.

Tapi sejauh ini, meskipun hanya mampu mempelajari dasar-dasarnya saja, aku suda seneng. Apalagi kalo bisa ber cas cis cus dengan bahasa lain, pasti rasanya luar biasa *impian terdalam. Setiap bahasa memiliki karakternya masing-masing, dan terkadang memiliki kemiripan dengan bahasa lain. Menurutku menguasai bahasa tertentu bukan hanya karena kesenangan, bagiku ini adalah salah satu cara menghormati dan menghargai bangsa lain. Selamat belajar bahasa.

 

Followers